Kamis, 10 Juni 2010

[please Read]

mulai hari ini..
dan seterusnya. gw akan pindah blog..
plis kunjungi www.fanfictionzone.wordpress.com
kamsahamnida (bow) XD

Senin, 07 Juni 2010

[oneshoot] Black Butterfly

Main Cast ::

SHINee Minho















Hyo Min Rin


















Other Cast :

SHINee Taemin





















Yuu Ri (sensor) (lmao)

Genre :: Romance

Rate :: -17

Author : Ratih

= = = = = =

Min Hyo menarik stocking kakinya yang mulai turun. ia kembali menebalkan lipstick nya yang mulai luntur sembari menatap perih ke arah cermin di depannya, ini bukan dirinya, bukan dirinya yang sebenarnya.

“Min Hyo. Sudah datang tuh, kamar 302!” kata Yuu Ri, ia sibuk mengepulkan asap rokok ke wajah Min Hyo yang terbatuk-batuk. Ia segera mengambil rokok tersebut dan menginjaknya dengan high heels Min Hyo. “yaa’.. itu punyaku!!”

“jangan pernah sesekali melakukan itu lagi padaku!” ungkap Min HYo dingin, ia segera berlalu.

“cih.. sombong sekali kau, mentang2 kau primadona saja!” kata Yuu Ri sinis. Min Hyo tak menggubris, ia tetap melanjutkan langkahnya menuju kamar yang ditunjuk tadi. Sudah 2 tahun ia menjadi kupu2, kupu2 hitam yang bahkan tak seorangpun menginginkan itu terjadi pada dirinya. Keadaan ekonomi telah memaksanya melakukan semua ini, ia tak ingin keluarganya terus tersiksa dari jeratan hutang yang ditinggalkan ayahnya.

Min Hyo bersandar di bingkai pintu, wajahnya benar2 terasa panas dengan make up, namun ia tak dapat berbuat apapun. Ini semua harus dilakukannya, ia harus memamerkan kemolekan dirinya kepada orang yang bahkan sama sekali tak dikenalnya. Inikah jalan hidupku? Pikir Min Hyo saat pertama kali dipungut oleh Yuu Ri.Namun kini hatinya takkan menangis lagi, inilah jalan yang harus dihadapinya. Bukan tak punya hati, namun hatinya sudah lama mati karna luka.

Pintu kamar terbuka perlahan, Min Hyo terpaksa memasanng senyum manis yang ia bisa. “butuh bantuan?” tawarnya, ia tak memperhatikan wajah laki-laki itu dengan seksama, laki-laki itu hanya menyuruhnya masuk dan menghempaskan dirinya di atas kasur.

“jadi kau bekerja disini?” kata laki-laki itu, Min Hyo tertegun, ia melepaskan jaketnya dan menoleh ke arah laki-laki yang memanggilnya tadi. Ia menyipitkan matanya, sepertinya ia pernah bertemu dengan laki-laki di hadapannya tadi.

“huh.. siapa kau?” Tanya Min Hyo ketus, ia sama sekali tak mengenal laki-laki itu. Laki-laki tadi malah merangkulnya dan menariknya ke atas kasur.

“kasar sekali kupu2 satu ini, bagaimana bisa kau jadi primadona?” sindir pria itu, ia mendekatkan wajahnya ke arah Min Hyo. “sedekat ini, apa kau bisa mengingat wajahku?” ujarnya lagi dengan senyum sinisnya. Min Hyo tak berkutik, ia lama memandang wajah laki-laki itu, wajah tampan dengan hidung yang mancung, namun mata itu, mata itu membuatnya teringat akan sesuatu, sesuatu yang lama dilupakannya, luka lamanya kembali tersayat, ingatannya kembali terpintas di matanya.

“Min…. Ho!!”kata Min Hyo lirih, ia hampir mengeluarkan air matanya. “ untuk apa kau kemari?” Tanya Min Hyo memalingkan wajahnya. Min Ho tetap menatapnya tajam.

“tentu saja untuk memesanmu, untuk apa lagi. Bukankah ini pekerjaanmu?” jawab Min Ho, ia membelai pipi Min Hyo yang sudah tak sanggup menahan air matanya “ kenapa menangis? Apa kau begini setiap melayani laki-laki huh?”

Min Hyo tak bergeming, biasanya ia tak cengeng seperti ini, ini bukan dirinya. Memangnya dirinya itu bagaimana? Ia bahkan bingung, dari dulu ia sudah tak menemukan siapa dirinya yang sebenarnya.

“aku tak sudi di sentuh olehmu!” ungkap Min Hyo yang melempar tubuh Min Ho menjauh dari dirinya. Min Ho terhempas jatuh dari kasur, Min Hyo terbangun dan menatap Min Ho tajam. Min Ho bangun dan mencium Min Hyo paksa dan merobek baju Min Hyo, Min Hyo meringis kesakitan. Ia menolak keras, rasa bencinya kini sudah menguasai dirinya, yang diinginkannya adalah menjauh sejauh-jauhnya dari laki-laki ini.

“mengapa kau menolak? Bukankah kau selalu menerima siapapun? Huh?” Tanya Min Ho ia melepaskan Min Hyo, Min Hyo beranjak dari kasur, ia menendang keras perut Min Ho dengan high heelsnya dan mengambil tasnya, mengeluarkan dejumlah uang di dompetnya dan melemparkannya ke hadapan Min Ho yang masih tertunduk kesakitan. Mulutnya meneteskan darah segar.

“uangmu kukembalikan, dan jangan pernah memesanku lagi!” bentak Min Hyo, ia membanting pintu kamar dan berlari sekencang mungkin, ia menggosokkan bibir tipisnya dengan punggung tangannya, berusaha menghapus ciumannya tadi dengan Min Ho. Kenapa ia muncul lagi?

Min Ho menghapus darah di bibirnya. Menatap kea rah uang yang dilemparkian tadi kepadanya. Ia tersenyum sinis. “ ini bukan soal uang, kenapa kau tidak peka sekali! Apa lagi yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu jika cara ini tak bisa?” ungkap Min Ho lirih.

*********************

Min Hyo menatap dirinya di depan cermin kamarnya, ini bukan dirinya. Kantung mata yang hitam, dan mata yang bengkak. Semalaman ia menangis keras, ia bahkan tak mempedulikan panggilan dari Taemin, adiknya. Ia terduduk, memangku wajahnya ke kedua tangannya yang memeluk kedua lututnya.

Mengapa muncul? Hatiku sakit, bukankah hati ini telah mati? Ini bukan diriku, lalu.. diriku yang bagaimana? Sial.. aku tak berharap bertemu denganmu, kenapa kau mengusik lagi hidupku lagi. Sakiit.. hati ini sakit.

“’nuuna.. dari tadi pagi kau belum makan, sudah kubawakan makanan” kata Taemin, ia memegang pundak Min Hyo hangat, Min Hyo masih tak menggubris, ia malah semakin tertunduk lesu. “nuuna, apa kau baik2 saja?” Tanya Taemin khawatir, Min Hyo mengangguk pelan. Ia tak ingin membuat Taemin khawatir. Taemin mengelus rambut noonanya. “syukurlah, kemarin noona pulang sambil menangis. Omma di rumah sakit khawatir sekali.” Ungkap Taemin lagi. Ibu mereka sakit-sakitan, dan Min Hyo yang membiayai semua itu, ia tak berani mengatakan pekerjaannya pada Taemin dan ibunya.

“aku baik-baik saja, hanya kurang enak badan” jawab Min Hyo, ia tertunduk lesu, berusaha menutupi matanya yang bengkak pada Taemin. Taemin tersenyum lega.

“kalau begitu nanti kubuatkan susu hangat. Noona, kalau kau sedang ada masalah, jangan segan2 mengatakannya padaku, biar bagaimanapun, aku tak ingin noona menderita sedangkan aku hanya diam di rumah sambil menikmati hasil jerih payahmu untuk sekolah” ujar Taemin lembut, ia memeluk Min Hyo sebentar dan pergi meninggalkan kamar Min Hyo, Min Hyo mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu yang ditutup. tak mungkin aku menceritakannya padamu, aku.. tak ingin kau dan omma kecewa, taemin a….

*************************

“pokoknya hari ini kau tak boleh kabur begitu saja! Kau dengar itu!” kata Yuu Ri pada Min Hyo, wanita setengah baya itu melemparkan kunci kamar pada Min Hyo, Min Hyo tetap diam, ia tak peduli dengan omelan Yuu Ri, ia malah sibuk dengan polesan2 make up di wajahnya, berusaha menutupi kantung matanya yang hitam. “yaa… kau dengar tidak?” bentak Yuu Ri, Min Hyo masih terdiam, seolah tak menganggap ada yang mengajaknya bicara. “haaahh… ya sudahlah, kau ini. aku benar2 tak bisa marah padamu, kau inib asset terbaikku, jadi… jangan pernah sekali-kali kau lupa itu!” kata Yuu Ri lagi.

Min Hyo menoleh sedikit, memasang senyum sinis penuh kemenangannya, namun ia kembali tenggelam dalam lamunannya, memandangi wajahnya di depan cermin dengan seksama. Mencari sebuah sosok milikknya, yang benar2 dirinya, namun Min Hyo tak menemukannya, tak menemukan apa yang dicarinya.

Min Hyo menyerah, ia bangun dan membuka pintu ruangannya, dan tanpa ia sadari, didepannya berdiri seseorang, laki-laki bertubuh tegap.

“mau apa lagi kau kemari?” Tanya Min Hyo ketus pada Min Ho. Min Ho terdiam, ia malah berlutut di hadapan Min Hyo yang tersentak kaget. “yaa’ kau ini sedang apa hah? Minggir sana, aku mau kerja!” Min Hyo mencoba melanjutkan langkahnya,namun kaki mungilnya di tahan oleh Min Ho.

“mianhe…. Jeongmal mianheyo!!” kata Min Ho perih, Min Hyo ingin meledakkan tangisnya lagi, namun ia harus kuat, ia bukan yang dulu. Kini ia adalah kupu2 hitam yang tak punya hati. Tapi, ia juga tak bisa memungkiri ia sakit, ia tersiksa, luka lamanya kembali tersayat saat melihat Min Ho.

*flash back 3tahun lalu*

Min Hyo meremas surat yang ada ditangannya yang berkeringat. Ia gugup, saat itu ia masih duduk di bangku sma tingkat 2. Ia menggigit bibirnya yang merah tipis dan berkali-kali merapikan rambut panjangnya yang indah. Ia bercermin, melihat sosok dirinya yang cantik, lalu tersenyum. Tapi ia kembali berjalan kesana kemari, menunggu di depan kelas laki-laki yang ia cintai.

Menunggu.. menunggu.. dan menunggu, hingga akhirnya ia menemukan sosoknya, Min Ho adalah pria yang baik dan ramah, entah sejak kapan rasa itu tumbuh di hatinya, ia adalah kupu-kupu malam yang sdang jatuh cinta. Min Hyo tersenyum saat ia menangkap sosok yang ditunggunya, ia hendak menghampirinya, namun diurungkannya saat kedua temannya ikut berjalan bersamanya, mereka berhenti di depan pintu. Seperti menunggu seseorang. Min Hyo memilih untuk bersembunyi dan mencoba mencuri sedikit pembicaraan dari mereka.

“Min Ho ya.. kau yakin mau menunggu kupu2 hitam itu huh” Tanya JongHyun, teman sekelas Min Ho, nadanya sedikit meremehkan. Min Ho terlihat sedikit ragu.

“kupu-kupu hitam?” Tanya Min Ho heran, JongHyun dan Key tertawa kecil. Jonghyun menyandarkan lengannya ke bahu Minho dan mendekatkan suaranya ke telinga Min Ho

“dia itu kan pelacur, kau tak tahu? Hahaa… jangan2 kau suka dengannya lagi!” tuduh Jong Hyun, Min Ho tersentak kaget, ia melongo tak percaya. Wajahnya sedikit berubah.

“ah… ee… aniyo.. aku mana mungkin suka dengannya, dianya saja yang terus mendekatiku. Lagipula aku tak suka kupu2 hitam. Aku tak suka wanita yang bertopeng!” aku Min Ho, ia tersenyum sinis, Jonghyun dan Key menepuk bahu Min Ho pelan.

“haha.. ya sudahlah, selamat menunggu saja, aku dan Key mau main futsal” ujar JongHyun berlalu meninggalkan Min Ho. Min Ho memandang kebawah, tetap menunggu Min Hyo. Menunggu Min Hyo yang kini berdiri di hadapannya, dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, surat yang ditangannya semula sudah hancur ia remas, Min Hyo terlanjur sakit hati dengan perkataan Min Ho tadi. Seharusnya ia sadar diri dengan status kupu2 hitamnya, seharusnya ia sadar diri, ia memang tak pantas mencintai laki-laki sempurna dihadapannya ini.

“Min Hyo, kenapa kau menangis?” Tanya Min Ho sambil menghapus air mata di pipi Min Hyo dengan tangannya, namun segera dihempaskan oleh Min Hyo kasar.

“aku memang kupu2 hitam, tak pantas jika terus bersama denganmu, tapi aku bersyukur sudah bisa mencintaimu. Maaf menganggu hidupmu!” kata Min Hyo, ia membuang surat di tangannya dan pergi meninggalkan Min Ho yang masih terpaku.

*****************************

Min Hyo masih memalingkan mukanya. Ia tak peduli lagi dengan Min Ho yang masih berlutut di depannya. “kau tau,, kau ini aneh, kemarin kau kasar, hari ini malah mengemis minta maaf. Apa maumu sebenarnya huh?” kata Min Hyo kasar, ia menghempaskan kakinya yang di tahan oleh Min Ho.

“aku benar2 menyesal, aku tak tahu lagi apa yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu, aku bingung!” kata Min Ho.

“menyesal? Menyesal mengenalku? Meyakinkanku? Meyakinkanku bahwa aku tak pantas untukmu?” kata Min Hyo ketus. Min Ho menggeleng keras, ia tak ingin salah paham ini berlanjut.

“aku mencintaimu… benar2 mencintaimu. Setelah kejadian itu, aku selalu mencarimu, namun kau tak ada dimanapun. Bahkan kau menghilang di sekolah.” Ujar Min Ho mantap, ia menatap kea rah Min Hyo.

“tentu saja aku berhenti sekolah, setelah kejadian itu aku baru sadar, aku sudah benar2 menjadi kupu2 hitam yang ternoda, aku ini kupu2 malam yang tak cocok dengan laki-laki sepertimu. Aku wanita bodoh” jelas Min Hyo ketus.

“aku menyesal, benar2 menyesal, aku baru sadar setelah itu bahwa aku mencintaimu” jelas Min Ho menunduk. Min Hyo diam, ia membungkuk dan membelai kedua pipi Min Ho yang lembut kemudian memaksanya melihat ke arahnya.

“tapi sayangnya itu terlambat. Salahku juga aku mencintaimu. Lebih baik sekarang kau pergi saja, aku sudah berubah, aku tak punya hati… dan aku sudah benar2 menjadi kupu2 hitam tua yang akan mati membusuk.” Min Hyo melepas tangannya dari wajah Min Ho, ia tak ingin menatap mata Min Ho lebih lama lagi. Tatapan Min Ho membuatnya muak, membuatnya teriris. Ia berbalik dan meninggalkan Min Ho.

“TAPI AKU TAHU KAU MASIH PUNYA HATI….. MIN HYO!!”teriak Min Ho, Min Hyo terhenti, ia ingin kembali, namun ia tak ingin memperlihatkan air matanya. Lemah, tiba2 saja ia menjadi cengeng dan lemah.

*************************

Sudah beberapa hari ini Min Hyo tak menggubris Min Ho yang terus mengejarnya, ia memngabaikan Min Ho yang datang kerumahnya. Bahkan Taeminpun tak dapat melakukan apapun.

“noona.. Min Ho Hyung mencarimu!” kata Taemin, saat menghampiri MinHyo yang sedang berbaring dikamarnya. “ ia menunggumu di luar noona!”

“biarkan saja, bilang aku mati atau sebagainya sajalah!” kata Min Hyo yang bahakan tak menoleh sedikitpun, ia sibuk memperhatikan kukun tangannya sambil menatap langit2 kamarnya. Taemin menutup pintu perlahan dan berlari kecil menusuri halaman depan.

Min Hyo menatap daun pintu yang tertutup tadi, dan berjalan menuju cerminnya yang besar, ia duduk di depan cermin itu dan kembali tenggelam dalam lamunannya.

Min Hyo… kau bodoh.. benar2 wanita bodoh.. di saat dia datang mengejarmu, mencintaimu, kau sia-siakan hati itu. kau ini benar2 kupu2 hitam yang malang. Apa kau mau hidupmu terus begini? Hidup berlari dari kegelapan hidup, dan berdiam diri di kehidupan yang bahkan lebih suram lagi? Kau bodoh, Min Ho akan memberikan cahaya dikegelapanmu. Ia benar2 tulus mencintaimu.dan ia akan menunjukkandirimu yang sebenarnya.

Min Hyo menggeleng, setengah hatinya kini sudah tak berpihak pada hatinya yang hitam. Bukankah perasaannya kini telah mati? Tapi kenapa keraguan itu kembali muncul?

CKLEK… pintu kembali terbuka dan Taemin muncul dari balik pintu itu, Min Hyo menoleh menatap Taemin.

“apalagi?” Tanya Min Hyo singkat. Taemin menunduk lesu.

“nuuna.. dari 2hari MinHo Hyung menunggumu di depan. Aku menyuruhnya masuk, namun ia menolak!” kata Taemin lesu, wajahnya terlihat sedih.

“biarkan saja, itu maunya!” jawab Min Hyo cuek.

“nuuna… kau kenapa? kenapa malah menjadi orang yang ketus begini? Min Ho Hyung menunggumu, 2 hari yang lalu ia keujanan, basah kuyub, dan kemarin ia kepanasan, bajunya yang basah menjadi kering. Nuuna.. apa yang salah dari Min Ho Hyung? Dia sangat baik, aku tahu dia tulus. Kini wajahnya terlihat sangat pucat, aku khawatir Nuuna!” bela Taemin, namun Min Hyo tak menggubris.

“nuuna… kemana dirimu yang dulu? aku merasa kau bukan nuunaku yang dulu.aku kecewa padamu.” Kata Taemin lagi, Min Hyo berbalik, ia melempar sebuah boneka kea rah Taemin dengan keras.

“KAU PIKIR AKU BEGINI KARENA APA? AKU INI LELAH, BEKERJA SETIAP HARI, LALU KAU KECEWA HAH” teriak Min Hyo kasar, entah kenapa keadaannya makin tak labil belakangan ini. Taemin terduduk, nuunanya benar2 berubah. Tangisannya hampir pecah, ia sangat menyayangi nuunanya. Tapi mengapa ia jadi seperti ini.

“aku tahu… aku tahu selama ini aku memang merepotkan nuuna. Tapi… akhir2 ini aku tak merasakan lagi kehangatanmu, tak merasakan lagi belaian kasih sayangmu. Kau benar2 berbeda nuuna, nuuna bahkan jarang menjenguk umma lagi. Apa kau berubah karena kau seorang kupu2 malam?” kata Taemin memberanikan bertanya, nadanya gemetar ragu.

Min Hyo tertegun lemas, tak ia sangka Taemin mengetahui apa pekerjaannya.”dari mana kau tahu?”

“aku tahu semuanya nuuna, kau selalu pulang malam, pulang dengan menangis sambil menyalakan keran lama2… kau berusaha mencuci tubuhmu yang kotor.sudah lama aku tahu, aku bahkan tak menyalahkanmu, yang kupikirkan adalah diriku yang selalu merepotkanmu. Aku tak menyalahkanmu yang terpaksa melakukan ini semua, aku mengerti, bahkan jika aku menjadi dirimu, sudah lama aku akan bunuh diri. Aku menyesal telah menjadi adik yang tak berguna, maafkan aku jika aku banyak mennuntut padamu. Tapi ini salah nuuna, yang kau lakukan itu salah.” Gumam Taemin gemetar, ia mengepalkan kedua tangannya dan duduk lemas di hadapan Min Hyo.

Min Hyo duduk berhadapan dengan Taemin, ia tak dapat berkata apapun lagi. Ia menahan tangisannya. “aku merindukan kehangatanmu nuuna, aku merindukan dirimu yang dulu, kumohon tinggalkanlah pekerjaan itu, aku rela kau buang jika itu akan membahagiakanmu!” aku Taemin, ia menangis, bukan karena ia cengeng, tapi ia benar2 tak dapat menahan masalahnya selama ini. Min Hyo memeluk tubuh Taemin erat, ia tak menyadari bahwa adiknya begitu perhatian padanya. Bahkan Taemin lebih dewasa dibandigkan dirinya, seharusnya ia malu memperlakukan Taemin dengan kasar selama ini. ia terus bersikap dingin pada Taemin akhir2 ini.

“Mianhe Taemin a.. maafkan nunamu yang bodoh ini. aku memang bodoh telah memilih jalan itu. maafkan aku Taemin!” ungkap Min Hyo, benar… selama ini dia yang egois,, membiarkan rasa dendam, benci dan iri menyelimuti dirinya, membiarkan rasa kalut menguasai tubuhnya.

“ini bukan salahmu nuuna, tapi salah appa yang meninggalkan kita dengan setumpuk hutang pada Yuu Ri… andai saja kita tak pernah memiliki appa sebrengsek itu!”ungkap taemin. Min Hyo menempelkan telunjuknya ke bibir taemin.

“sshh… bukan saatnya untuk menyesali apa yang sudah terjadi” sela Min Hyo, ia mengelus pipi Taemin yang lembut. Taemin tersenyum manis, ia memeluk nuunanya hangat. “aku janji.. akan secepatnya melunasi hutang itu, dan kita akan memulai hidup yang baru. Taemin a..”

*******************

Min Hyo berlari, terus berlari menyusuri koridor Rumah Sakit, ICU…ICU…ICU.. ia terus mencari ruangan itu dari tadi.

Apa laki-laki muda itu orang yang kau kenal? Baru saja ia di bawa ke rumah sakit. Tiba2 ia pingsan, dan demamnya tinggi sekali, wajahnya pucat.

Perkataan itu selalu terngiang di telingannya, ia terus mencari ruangan ICU dengan panik, menyesal ia membiarkan Min Ho terus menunggunya. Bertahanlah Min Ho

Min Hyo membuka pintu ICU, ia buru2 masuk. Ya… disanalah minho terbaring lemah, Min Hyo berjalan pelan menghampiri Min Ho. Ia teringat kata2 minho yang dulu, kata2nya sebelum akhirnya Min Hyo tersakiti.

Tak ada yang tahu diriku, orang tuaku membuangku dan aku di asuh oleh orang tua asuhku yang meninggal sejak aku umur 3 tahun. Min Hyo ya…. Cinta itu bagaimana rasanya? Kasih sayang itu,,, apakah enak?

Akhir2 ini dadaku bergemuruh setiap dekat denganmu, apa artinya ya?

Min Hyo tak tahan meneteskan air matanya, ia mengenggam tangan Min Ho yang dingin dengan erat. “aku…. Mencintaimu.. kau dengar itu, bangunlah dan katakan kau juga mencintaiku, Minho ya….!!”Teriak Min Hyo sambil terisak, ia mencium kening Min Ho pelan. Tiba2 Min Ho menggenggam tangan Min Hyo erat. Ia membuka matanya dan tersenyumpuas.

“benar kau mencintaiku?” Tanya Min Ho, Min Hyo menghentikan tangisannya, ia menyipitkan matanya dan tersadar. Ia dipermainkan.

“kau mempermainkanku!” ungkap Min Hyo kesal, ia begegas pergi, namun Min Ho bangun dan mencegahnya, ia menahan tangan Min Hyo erat.

“aku tak mempermainkanmu” jawab Min Ho

“bohong!” ujar Min Hyo, ia tak tak berani menatap MinHo

“sungguh!”

“kenapa kau melaakukan semua ini?”

“ aku mencintaimu, dan ingin memilikimu.”

“tapi aku kotor… aku tak pantas dimiliki.”

“aku akan membersihkanmu.”

“tidak suci”

“aku terima”

“aku bodoh”

“ku ajari”

“aku ini memakai topeng”

“aku tahu di balik topeng itu”

“aku ini kupu-kupu hitam” ungkap Min Hyo terakhir kali, Min Ho tak menjawab. Ia sudah menduga Min Ho takkan menerima dirinya yang seperti ini. di hatinya, ia ingin MinHo menjawab bahwa ia akan memesannya selamanya.

Min Ho memaksa Min Hyo berbalik. Ia menatap Min Hyo dengan tatapan khasnya yang selalu membuat Min Hyo sesak. “jika kau kupu2 hitam, aku takkan memesanmu.” Kata Min ho, Min Hyo sedikit kecewa. “tapi…. aku akan membelimu, hanya untukku.. selamanya” Min Ho menambahkan. Min Hyo tersenyum… Senyuman yang bahkan tak pernah ia perlihatkan selama beberapa tahun terakhir ini. Min Ho memeluk Min Hyo erat.

“kau yakin akan membeliku? Yuu Ri pasti akan murka” kata Min Hyo memastikan.

“kau bukan punya Yuu Ri, tapi hanya punyaku seorang. Kupu-kupu hitam yang hanya milikku. Milikku sepenuhnya.” Seru MinHo, Min Hyo membalas pelukan MinHo dengan erat.

MinHo melepas pelukannya dan menatap Min Hyo jail. “kau tahu, aku bahkan lebih nakal dari pada kupu-kupu hitam!” kata Min Ho tertawa lepas, MinHyo tertegun. Ia tak sanggup berkata saat MinHo mencium bibirnya dengan lembut, ciuman tanpa rasa paksa. Dan ciuman bhagia yang ia rasakan dari pada ciumannya dengan laki-laki lain. Debaran jantungnya semakin kuat saat ia merasakannya. Inikah cinta sebenarnya? Tentu saja.

************************************

Kau lihat itu? aku sudahmenemukan kembali diriku di cermin, aku sudah menemukan diriku yang sebenarnya. Senyuman yang kurindukan, wajah yang kurindukan dan kebahagiaan yang kurindukan. Aku melihatnya.. wanita sebenarnya yang tengah memakai gaun putih pengantin. Aku menemukannya lagi, diriku yang sesungguhnya. kupu-kupu hitam yang akan tetap menjadi kupu-kupu… yang hanya dimiliki satu orang.

-MinHyo-


[onwriting] Angel Love Story,, part 4

Main Cast :

• Lee Taemin SHINee




















• Choi Minho SHINee














• Choi Hyo Ri (You)

Other Cast :

• Lee Jin Ki SHINee






















• Kim Ki Bum SHINee





















• Kim Jonghyun SHINee




















• Etc

Genre : Romance, Fantasy.

Author : Ratih Kumalasari :) (nama asli gw muncuuullll *keprok2*) *lmao

Rate : 15+ menurutku. Tapi..ah.. entahlah, sepertinya segitu.

Note : Jangan dibaca kalo ngga punya imajinasi tinggi atau ngga suka cerita macem gini. Ini murni khayalan saya. Yang mampir, baca atau cuma numpang liat doang *apaan sih* WAJIB komen!!! Kalo ngga.. liat aja nanti

= = = = =

**Hyo Ri POV**

Sumpah… aku menyesal sekali meninggalkan Taemin saat istirahat tadi. Dan kini aku harus menuntunnya untuk berjalan menuju tempat favoritnya yang lain. “oh Tuhan… kumohon maafkan aku Taemin!” ucapku segera setelah aku mendudukkannya di bangku taman yang terletak di bawah pohon taman belakang sekolah. Taemin tersenyum menatapku, meski aku tahu ia berkali-kali berusaha menahan sakitnya.

“sudahlah, jika kau tak datang, akupun akan mengalami hal lebih parah lagi dari ini!” ia menunduk dan tersenyum. Masih kulihat ia memegangi perutnya, mungkin masih terasa sakit akibat tendangan salah satu dari murid tadi. Aku berjongkok di depannya, meraih tangannya yang memar dan menyentuh lukanya.

“mungkin akan terasa sakit, tapi cobalah untuk tahan sedikit!” ujarku, aku menggenggam tangannya pelan, dan aku memulai kegiatanku dari beberapa luka kecilnya ditangan. Dan kemudian aku mengusapkan sedikit cahayaku keseluruh tubuhnya untuk menyembuhkannya. Yah.. memang agak terasa sakit dengan penyembuhan seketika ini, namun aku tak tega jika harus melihatnya terluka parah :’( *aku terharu hiks.. T.T*

“sshhh…” Taemin mendesah pelan, kurasa ia merasa kesakitan. Aku menengadah menatap wajahnya.

“sudah lebih baik?” tanyaku, dan kutemukan ia mengangguk pelan mengiyakan pertanyaanku.sedikit helaan nafas lalu aku beranjak dan duduk disampingnya. “kupikir aku memang tak cocok menjadi malaikat pelindungmu!” aku menunduk, menatap sepasang sepatu yang kukenakan, berayun seirama menyentuh rumput yang masih basah.

“well, kurasa sudah cukup kau merasa bersalah padaku. Kuharap kejadian seperti ini membuatku tak lagi dijadikan pelampiasan kemarahan mereka lagi!” aku mendengar suaranya tenang. Ia menatap lurus kedepan, yah.. kuharap juga begitu. Kembali aku menundukkan kepalaku, meremas kedua tanganku pelan. Bagaimanapun juga, aku juga bersalah atas keegoisanku meninggalkannya sendiri untuk menemui minho. Hyori… kau memang babo =,=. “kau tahu…?” Taemin memulai pembicaraannya lagi, setelah sekian menit kami saling berdiam diri. Aku menoleh dengan jelas, menatap kedua mata coklatnya. “terkadang aku merasa takut sendiri, terkadang aku merasa lelah jika menjalani kehidupan ini. Hanya karena aku lebih pintar, lalu mereka meras iri. Aku bahkan tak meminta kepintaran ini, jika pada akhirnya aku harus merasakan kesakitan setiap harinya” ia tersenyum lirih, kemudian menunduk… kurasa saat ini ia memikirkan bagaimana menderitanya merasakan menjadi dirinya. “terkadang terpikir olehku,,, bahwa aku ingin sekali merasakan keegoisan sesekali. Ingin sekali aku meluapkan emosiku, tapi hingga pada puncaknya… bahkan mengeluarkan beberapa katapun aku tak bisa.” Ia melanjutkannya menarik kedua kakinya ke atas bangku dan memeluk kedua lututnya, kurasa aku tak bisa mengambil suara untuk saat-saat seperti ini. “aku memang gagal… benarkan?” ia menatapku sekali lagi, membiarkanku melihat bendungan air di pelupuk matanya yang hendak mengalir.

Aku menggelengkan kepalaku, lalu mengelus kepalanya. “tidak ada manusia gagal, ini semua tergantung pada usaha manusia itu sendiri untuk merubah kehidupannya” aku tersenyum, meski sedikit memaksakan. Berusaha menghiburnya bukankah langkah yang bagus? Kuharap aku tak salah berbicara selanjutnya.

“benar… kurasa usahaku kurang. Aku terlalu sibuk untuk mencari keterpurukanku sendiri di kehidupan. Membuatku melupakan usaha bagaimana merubahnya. Mungkin selama ini aku hanya menatap pada sisi yang hitam, dan mengacuhkan sisi sebaliknya yang menungguku keluar dari keadaan ini” ia bergumam sendiri, menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya. Siapa yang sangka dibalik sifatnya yang dingin saat pertama kali aku bertemu dengannya, hatinya terluka. Yah.. keadaan ini terkadang membuat psikologi seseorang lemah.

“yah… belajarlah untuk berpikir lebih dewasa lagi” sekali lagi aku mengusap ubun-ubunnya dengan, lalu mendekat dan memeluknya. Taemin mengangguk dan membetulkan posisi duduknya untuk kemudian membalas pelukanku.

“kamsahamnida!” bisiknya, dan aku merasakan debaran jantungku terpacu cepat saat merasakan nafasnya dengan jelas menyapa tengkukku.

Tuhan… kuharap ini hanya rasa simpati, bukan rasa yang kukhawatirkan selama ini. :(

“BOO!!!” sebuah suara engagetkanku, dan mungkin Taemin juga kaget dibuatnya. Aku dengan segera melepaskan pelukanku dan mrncari asal suara yang datang dari belakangku. Membuatku terpaksa berbalik dan menemukan sosok itu. Oh tidak…. Haruskah aku bertemu dengan kahluk ini lagi? Aku merasa sesak lagi.

“waahh… aku mencari kalian kemana-mana, dan kupikir tidak terlalu sulit menemukan aura ‘putihmu’ itu!” ya… Jonghyun kembali kehadapanku =,=. Dengan santainya menyunggingkan senyumnya padaku dan menatapku jelas-jelas, memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. Hei… kurasa ia engenakan seragam yang sama dengan Taemin.. erghhh..

“ahh… tuan iblis.” Taemin mengembangkan senyumnya, kurasa ia terlihat senang kali ini.. benar… ia senang jika temannya bertambah satu. Dan… haruskah iblis ini? Aku menatap iblis itu dengan tatapan sinis.

Melirik Jonghyun tersenyum membuatku sedikit merasa aura gelapnya hilang. “ah… ya, bocah kecil.” Balas Jonghyun, mengangkat tangannya sebentar sekedar menyapa. Kurasa ia terlihat antusias sekali dengan Taemin. Dan jonghyun bergiliran menatapku, kurasa ia merasakan hawa menusukku yang menyerangnya. “ahh.. ya.. nona malaikat.. kurasa tadi sekilas seseorang kemari. Dan pergi saat melihatmu memeluk bocah ini tadi. Kuharap itu bukan namjachingumu” ia tersenyum sinis padaku, ya.. hanya padaku ia tersenyum sinis. Tapi…. Siapa namja yang dikatakan jonghyun tadi?

= = = = = =

**Minho POV**

aku terpaku, ketika melihat 2 sosok itu. Kupikir aku harus meninggalkan manusiaku untuk sekejap menemui Hyori, aku mengkhawatirkannya. Perasaanku menjadi tak enak sejak tadi, dan kurasa feelingku tadi meleset. Yah.. bisa dilihat dari sini, bahwa pada akhirnya tak terjadi apapun padanya…sial… kurasa aku yang terlalu mengkhawatirkannya. =,=

“setidaknya kau baik” aku bergumam, kemudian membalikkan badanku, memasukkan kedua tanganku pada saku celana dan berjalan meninggalkan taman belakang. Entah kenapa, melihat Hyori dan Taemin berpelukan, terasa menyesakkan. Kuharap perasaan sesak ini bukan sesuatu yang merepotkan untuk kedepannya (_”)9

= = = = = =

**Taemin POV**

“Taemin-ah, hari ini kita langsung pulang saja yah” celetuk Hyori, aku mneoleh singkat padanya, ia sibuk memasukkan buku-bukunya dan buku-bukuku juga. Sedangkan aku mendapatkan tugas piket menghapus papan disaat murid yang lainnya telah pulang.

Aku tersenyum, “ne…” jawabku seadanya, entah mengapa akhir-akhir ini saat melihat Hyori aku selalu ingin tersenyum, lain halnya jika aku menatap sosok yang kini sedang berdiri di belakang Hyori. Ya, si iblis Jonghyun itu selalu membuatku merasa sesak, tapi.. sedikit nyaman, karena saat aku merasa kesal dan marah dialah yang memakan energi negatifku itu untuk kepentingan dirinya sendiri, membuatku sedikit dapat meredam emosi. Sudah seminggu kami selalu bersama bertiga. Setiap malam bahkan aku tak dapat tidur, hanya untuk dapat berbicara lebih banyak lagi dengan Hyori tentang dunia atas tempatnya dibesarkan. Sedangkan dengan Jonghyun, yah.. jangan ditanya, aku sama sekali tak berminat mendengarkan ceritanya tentang kebanggaan dunia bawah yang dipenuhi api `=,=.

“ah ya…. Ketika sampai di mansion nanti. Kuharap kau tidak kemana-mana!” Hyori melanjutkan, ia duduk di bangku depan dengan membawa dua tas. Aku kembali berbalik dengan tatapan heran.

“eh?? Memangnya ada apa?” merasa penasaran, aku meletakkan kedua penghapus papan yang kugenggam. Dan Hyori menghela nafas, bergantian ia menatap jonghyun.

“aku.. dan jonghyun akan mendapatkan beberapa kesibukkan seharian ini. Mungkin tidak akan lama, hanya sebentar.” Jelas Hyori, menghela nafasnya panjang. Aku sedikit shock, hei… apa yang bisa kulakukan tanpa kalian? Aku akan hancur T^T. Hyori melangkah mendekat padaku, ia mengelus kepalaku, seperti kebiasaannya. “maaf Taemin, sungguh aku tak ingin meninggalkanmu. Tapi.. kuharap kau mengerti, beberapa dari kami harus menyelesaikan sedikit masalah yang kami buat.” Ia menjelaskan padaku, dan tetap saja aku merasa tak rela.

“hei.. kau laki-laki huh? Kurasa tak apa-apa jika tinggal beberapa jam di dalam apartement kan?” Jonghyun tiba-tiba muncul dibelakangku, menepuk bahuku pelan. Dan membuatku tersenyum. Yah… mungkin tidak akan terjadi apa-apa.

“bagus” Hyori tersenyum kecil. Lalu kembali mengusap kepalaku. “aku mungkin akan meminta salah satu temanku untuk menemanimu nanti. Kuharap ia tidak keberatan”

= = = = = = =

TBC


miaaann.. ceritanya cuma segini.. namanya juga onwriting dan gw merasa males buat ngetik meski ide udah adad di otak..
efek liburaannn.. semuanya jadi malasss.. *liburan??* XXDD
see u next part :)

Minggu, 06 Juni 2010

[prolog] Hey YOU!!! say you love me.. (new project)

Main Cast :

  • Choi Minho (SHINee)














  • Park Seung Mi (YAY.. Banzaaii.. saya muncul jadi cast *lmao)

Other Cast :


  • Lee Taemin (SHINee)




















  • Sulli (fx)



















  • And other cast

Genre : Romance.

Author : Ratih Kumalasari

Rate : PG +15 (suka banget pake nie rate… karna gw udah 15 taon ke atasss,,, *devil* XD)

Note : FF ini terinspirasi dari sebuah cerita komik sport yang gw baca XD sedikit teringat tentang suami gw yang seorang atlet *digaplok readers*. So, jangan heran kalo ada sedikit karakter yang mungkin sama di salah satu komik yang mungkin pernah anda baca =,=”.


= = = = = = =


Sepasang teman kecil… saling bersama setiap saat, dan akrab. Dan mereka tumbuh besar menjadi sepasang kekasih.....

Itulah yang kuinginkan…namun …..


= = = = =

kuhentikan harapanku...

aku ditolaakk T^T


= = = = =

aarrgghh...

aku semakin stresss..... TTTTT.TTTTTT

kenapa ia lebih memilih sepak bola daripada cinta????

dan jangan bilang bahwa saingan cintaku adalah sepak bola?


= = = = =


"jika tim kalian menang... aku harus menjadi milik orang lain"

bodoh sekali seung mi... bahkan kau berharap bahwa seorang minho akan menyelamatkanmu. menganggap bahwa minho akan mengorbankan cintanya pada sepak bola T^T


= = = = = =


"seung mi.. kau kemana saja? hari ini pertandingan final dan minho dalam keadaan demam tinggi!! kuharap kau datang cepat!!"


= = = = = =


"kau bodohhh!!!! jika kau mati.. atau cacat.. bagaimana bisa mencintai sepak bola lagi?"


= = = = = =


"HEY YOU!!! say you love me"

aku melemparkan bola kekepalanya, telak mengenainya. meredam kekesalan dan cinta yang mendalam lama-lama juga akan membuat kau akan stres juga


= = = = = =


ini .... sebuah kisah gila...

sebuah pengharapan...

menunggu sebuah keajaiban akan cinta yang nyaris tak terwujud..

keep ur praying...

dan keajaiban akan datang :)

[fanfiction] Sleeping Prince part 3 of 3

Cast :

• Choi MinHo (SHINee)




















• Choi SeNa (as YOU)


• Choi ShiWon (SuJu) as SeNa’s old brother





















= = = = = = =

“kau pasti bisa… ingatlah,, aku tetap mencintaimu sampai mati…… jagiya!” ujar MinHo,, ini ucapannya yang terakhir. Ia menutup telepon dariku setelah itu. aku bahkan tak sempat mendengarkan kata2nya tadi. Aku benar2 bodoh.

Aku duduk di atas kasurku, menatap nanar kea rah cermin di seberangku. Kau bodoh Sena… benar benar bodoh. Aku semakin muak dengan diriku sendiri, kenapa begini saja sudah kacau. Tapi aku tak bisa memungkirinya. “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH…” teriakku, aku membanting handphoneku ke cermin hingga cermin itu hancur,, pecah berserakan. Sama seperti hatiku saat ini. aku benar2 rapuh.

*******************

*MInHo POV*

Klik.. aku menutup flip hpku dan melemparkannya ke kasur disebelahku. Jujur saja, aku benar2 tak bisa menerima semua ini, begitu sulit. Beginikah rasanya sakit hati? Benar2 sakit. Bahkan aku tak merasa lapar. Bodoh.. jelas saja!!

“oppa…. Kau baik-baik saja?” suara kecil memanggilku, aku berbalik dan menemukan seorang anak kecil berdiri di balik pintu. Ia berjalan menghampiriku yang sedang duduk di samping kasur dan bersandar. “waeguraeyo oppa?” tanyanya lagi, suara kecilnya menenangkanku.

“gwenchana Seun Ri!” kataku berbohong, aku mencubit pipinya dan tersenyum paksa. Tapi Seun Ri malah memukul kepalaku keras dengan tampang seram.

“jangan bohong,,, aku ini tak bisa dibohongi!” ujar Seun Ri, ah.. dia masih 5 tahun, tapi sangat peka. Tidak sepertiku… aku mengelus kepalaku pelan. “oppa sedang sakit? Sini Seun Ri sembuhkan, mana yang sakit? Oppa kan biasanya selalu aneh kalau sedang sakit!” kata Seun Ri lagi, yaahh…. Seun Ri benar, aku sakit, sakit sekali.

Aku memegang dadaku dan memukulnya pelan. “ disini.. disini yang sakit!” ujarku, Seun Ri mendekat dan memegang dadaku. Wajahnya terlihat lucu,,, apa aku akan seperti iblis itu nantinya?? Kuharap tidak.

“sakit.. sakit.. terbanglah dan jangan kembali ke oppaku,, biar saja Seun Ri yang rasakan!” Seun Ri melepas tangannya dari dadaku dan meniupkan tangannya. Haha.. biasanya aku yang selalu mangatakan hal itu ketika ia sakit, tapi sekarang malah berbalik. Aku mengelus kepala SeunRi pelan. “oppa.. sudah baikan?” Tanya SeunRi. Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Aku berbohong, pada seun Ri.

*Seun Ri*

Oppa mengangguk padaku sambil tersenyum,, aku jarang melihat senyumannya seperti itu. aku balas tersenyum padanya dan mencium pipinya. “aku sayang oppa!” bisikku, namun oppa malah tertidur, hhaahhh.. kebiasaannya muncul lagi, oppa aneehhh =___=

*****************************

*Sena*

Pagi begitu cepat datang, kurasa matahari benar2 tak sabar menggantikan posisi bulan. Aku tertelungkup di kasur sambil terus membungkus tubuhku dengan bedcover yang tebal. Kurasa kemarin aku tertidur setelah seharian menangis, mataku terasa sakit saat aku melihat sinar matahari yang mulai merambat ke dalam kamarku melalui sela2 bingkai jendela.

Aku terbangun dan tak mendapati diriku di cermin lagi, benar saja,, sepertinya kemarin cermin itu sudah kupecahkan. Dan annndddwwweeeee tanpa sadar aku membanting hpku T.T. aku beranjak dan segera membasuh wajahku dengan air. Mataku sepertinya bengkak hebat. Hari ini aku akan menjalani hidup baru, nee…. Harus.. JJANG!!

*Shiwon*

Sudah semalaman aku terus berada di depan kamar Sena tanpa tertidur sedikitpun,,, kemarin aku mendengar suara pecahan kaca hingga akhirnya memutuskan untuk diam disini. Sena baik2kah?? Entahlah, setelah suara cermin pecah itu aku tak mendengar lagi suaranya berteriak.

Aku masih menunggu di depan kamar Sena sambil memeluk kedua lututku, aku bersandar di daun pintu dan menyandarkan kepalaku ke kedua lututku.

BBUUGG…. Punggungku terasa sakit,, seseorang menendangku dari belakang. Aku terbangun dan berbalik. “SENA?” panggilku tak percaya, aku melihatnya yang cemberut padaku.

“yaa’ oppa.. sedang apa kau di depan kamarku? Kau mau berbuat mesum pada adik kandungmu sendiri hah?” bentak Sena, aku diam tak dapat bekata apa-apa. “hhhhaaahh.. sudahlah,,, jangan dipirkan, aku hanya bercanda, hei oppa.. kau masak apa hari ini? aku sudah lapar nih!” Sena merangkulku, sepertinya semangatnya kembali lagi. Aku tersenyum tenang, sepertinya ia sudah mulai menerima apa yang terjadi. Mungkinkah?

“aku belum masak!” kataku pelan.

“AAAHHH… masa kau belum masak, yaa’ oppa.. jam segini belum masak, oppa macam apa kau ini. ayo masak!” Sena menendang pantatku pelan dan mendorongku paksa kedapur. Aku tahu.. aku tahu Sena pasti berusaha mencairkan suasana soal yang kemarin. Aku benar2 salah, tapi Sena selalu mengalah. Mian Sena… aku memang kakak yang tak becus.

***************************

*Shiwon*

Sudah seminggu sejak kejadian itu, kini hubunganku dengan Sena semakin baik,, tapi aku tak yakin Sena bisa melupakan MinHo. Aku tahu itu… walau setiap saat ia bersikap ceria di depanku, walau ia tertawa riang di hadapanku, walau dia seratus kali berusaha menyembunyikan hatinya padaku, tapi aku tahu Sena masih belum sembuh,, dari luka yang aku sendiri yang menggoresnya.

“bagaimana ? setuju tidak” tanyaku ke Sena yang sedang membantuku memilih makanan di supermarket. Sena malah terbengong dan terus memperhatikan sebuah toko eskrim di sebrang kami. Aku jadi malah sibuk membatu sambil melihatinya, sudah seribu kali aku mendapatinya melamun seperti ini. Sena… aku tau kau belum bisa melupakannya.

Aku menggoyangkan tubuhnya pelan, membangunkan sena dari lamunannya. “Sena!!” panggilku. Sena Nampak terkejut dan menoleh padaku.

“ne??” balas Sena, pandangannya masih belum rela lepas dari toko eskrim itu. aku mendekat kearahnya, memegang kedua pipinya dan memaksanya menghadap ke arahku.

“masih belum lupa ya??” tanyaku. Sena menatapku serius, ia terdiam lama, tapi akhirnya melepas kedua tanganku dari wajahnya.

“sudahlah oppa,,, jangan bicara yang tak kumengerti” seru Sena sambil memasang senyum manisnya, aku tau Sena.. aku tahu senyum itu palsu.

*****************************

*MinHo*

“mau apa kau?” tanyaku tanpa ekspressi saat menemukan sosok iblis itu di depan rumahku. Aku bersandar di bingkai pintu sambil asik memakan lollipop super big pemberian Seun Ri. (si iblis = shiwon. MinHo selalu manggil shiwon dengan panggilan iblis)

“aku mau bicara!” selanya. Aku tak bergeming, malah sibuk menggigit lollipop, haah.. kenapa makanan itu cepat sekali habis? “yaa’.. jerapah,, aku mau bicara!” ungkap iblis menjitak kepalaku keras. Yaahh… lagi-lagi iblis ini memukulku. Aku mengelus pelan kepalaku yang sebenarnya sudah kebal dengan jitakan-jitakannya. “yaa’.. dengar tidak? Aku mau bicara denganmu, jangan malah diam ga jelas begitu!” ucap iblis kesal,, aahh?? Dari tadi dia mau bicara denganku? Kenapa tidak bilang??

“ne..” kataku, aku memberi celah padanya agar ia dapat masuk ke dalam rumahku. Dan tanpa kusuruhpun ia langsung menyelonong dan berjalan menuju dapurku.

“tidak perlu repot-repot, air mineral saja sudah cukup!” katanya padaku.

“yaa’ aku sama sekali tdk menawarkanmu minuman!!”

“aahhh…. Kalau gitu berikan aku makanan!” tawar iblis lagi.

“bodoh… aku tak sudi membagikan makananku padamu.” Sergahku, aku langsung menariknya yang sedang asik menyelonong membuka kulkasku. “ sana kau minum air keran saja!”

“yaa’.. begini caramu melayani tamu??” seru iblis,, lagi-lagi ia menjitak kepalaku,, apa kepalaku segitu bagusnya hingga orang menjadi gemas?

Kulihat iblis itu kembali membuka kulkasku dan mengambil sebungkus makanan ringan. “ yaa’ kau ini mau merampokku atau mau bicara padaku??” seruku sambil merebut bungkusan di tangannya. Ia mengambilnya lagi dan membuka bungkus itu dengan kilat.

“dua-duanya,,, ini sebelum akhirnya kau merampok adikku bodoh!” ungkapnya, ia mencomot beberapa isi makanan itu sekaligus.

“mwwoo????” tanyaku tak mengerti.

“nee… kuanggap ini balasan sebelum akhirnya kau kuberikan adikku!!” jelasnya lagi. Aku masih tak mengerti. Kubuang lollipop yang dari tadi menempel dimulutku, kalau sudah begini rasa laparku benar2 hilang ditelan langit. “masih tak mengerti?” tanyanya setelah sekian lama ia melihatku tak bereaksi dngn omongannya tadi. “hhyyyaaahh…. Aku heran kenapa orang bodoh sepertimu bisa masuk sekolah unggulan. Sini kau,, biar kujelaskan semuanya.” Omel iblis, aku masih terdiam, tapi akhirnya mendekat ke arahnya.

*************************

*Sena POV*

Aku masih berdiri menunggunya,, aahh.. sedikit lagi saja Sena,, sedikit lagi. Tapi.. ini sudah malam,,, kemana sih oppa?? Kenapa lama sekali datangnya?? Sesekali aku melirik ja yang menempel di tangan kananku. Sudah jam 6 sore,, tapi oppa belum datang juga. Dari kemarin juga belum pulang2 kerumah,, apa maunya sih?

Aku membuka kembali handphoneku yang baru saja dibelikan oppa. Benar-benar aku masih menyimpan smsnya kemarin. Ini sudah lewat 2 jam dari yang ditentukan.

Saengil Cukkhae yo.. dongsaengku tercinta..heeheee… aahh.. iyaa… tunggu aku jam 4 di danau dekat kompleks,, aku bawakan kado istimewa untukmu ^^. Arasso??

Apanya yang jam 4?? Sudah 2 jam begini dia membuatku mengering. Ini sudah malam, dan aku sudah mulai kedinginan disini. Haaaahh… awas saja kalau dia datang nanti, aku cincang kau jadi salad daging!!!

Aku terus menunggu oppa sembari duduk di bangku dekat danau. Sesekali aku menggosokkan tanganku yang kedinginan karena udara malam. Kembali aku melirik jam tangan yang sudah mulai berembun, sudah jam setengah delapan, tapi oppa belum datang-datang juga,, apa maunya sih? Hhhaaahh.. mana disini aku kedinginan pula. Ssshh…. Salahku juga aku tak membawa jaket.

Aku mulai sibuk memencet tombol hpku dan menelpon shiwon oppa. Tuutt… ttuuttt.,.. sial,, tidak di angkat. “hhhaahhh cukup Sena,, kesabaranmu sudah sampai sini saja!” gerutuku sambil meniupkan telapak tanganku yang mulai kedinginan. Aku memasukkan hpku ke kantong lalu beranjak dari bangku untuk pulang. Sampai akhirnya seseorang mampu menghentikan langkahku, seseorang yang membungkusku dengan sebuah jaket tebal dari belakang. Aku terhenti,,,, tak berani berbalik kebelakang, bau manis ini.. aku selalu hafal wangi tubuhnya.

“teganya iblis itu membuatmu menunggu!” celetuk suara berat dari belakang. Tidak.. ini benar2 dia, jantungku kembali berdetak tak teratur. Tidak,, aku tak ingin hal ini terjadi lagi, aku tak ingin menangis keras lagi. Entah kenapa kakiku malah kembali melangkah, tanpa menoleh padanya aku berusaha untuk meninggalkannya, tapi ia mencegahku, si nyentrik itu mencegahku. Ia menarik tanganku dan memaksaku berbalik mengahadapnya.

“kenapa? masih mau meninggalkanku?” tanyanya, aku semakin tak tahan. Tidak,, ini cinta yang benar2 tak boleh diteruskan. Jantungku semakin cepat berdetak dan nafasku semakin tak bisa kuatur saat melihat sosok MinHo didepanku, hari ini dia benar2 tampan, tidak nyentrik seperti biasanya.

“tidak.. MinHo,,, ini tidak boleh diteruskan lagi!!” ungkapku menolak meskipun ini benar2 sangat menyakitkan. Tiba-tiba ia memelukku,, memelukku erat hingga aku tak bisa melepaskan pelukkannya.

“tapi aku mencintaimu!” bisiknya di telingaku sampai membuatku merinding, selalu begini, aku selalu lemah jika berhadapan dengannya. Dan bodohnya,, lagi-lagi air mataku keluar, hangat dan membasahi baju MinHo.

Aku membalas pelukannya erat, membiarkan rasa kalutku lepas dipelukannya, melepaskan bebanku dipelukannya. Aku rindu padanya,, sangat merindukannya. Ini bahkan tidak seperti biasanya. “aku juga.. mencintaimu… jeongmall!!!” seruku sesenggukan. Aku semakin mengeratkan genggamanku di bajunya. MinHo hanya terdiam. Ia melepaskan pelukannya perlahan, menghapus air mataku yang mengalir deras dan mencium pipiku lembut. Aku malah semakin menangis keras dan menggenggam tangannya yang memegang kedua pipiku.

“jangan menangis.. ini semua sudah berakhir… kau dan aku tidak akan terpisahkan lagi!” hiburnya padaku. … lama sekali aku mencerna kata-katanya hingga akhirnya aku menghentikan tangisanku. Apa maksud perkataannya?

“mwo?” tanyaku pelan, masih sesenggukan karena mengangis keras. Mataku menatapnya heran. Ia malah tersenyum manis.

“hei.. begitukah cara dua sejoli berpacaran? Yaa’ kau apakan adikku sampai menangis?” Ungkap seseorang yang muncul dari belakang MinHo.. aku tersentak kaget saat melihat sosok Shiwon oppa. Tuhan,, tidak.. jangan lagi. Dengan cepat kulepas tangan minho dan menghampiri Shiwon oppa.

“aniyo oppa… ini.. bukan seperti yang kau kira!!” aku berusaha menjelaskannya pada Shiwon oppa, namun ia malah menepuk bahuku dan membalikkanku, ia mendorongku kembali menuju MinHo.

“lihatlah dia,, hanya lihat dia saja,,, tak usah memikirkanku mulai saat ini.” seru Shiwon oppa, aku semakin tak mengerti. Kulihat MinHo tersenyum mengangguk.

“tapi oppa….!!”

Shiwon oppa menempelkan telunjuknya ke bibirku, ia mengembangkan senyum manisnya. “ssstt… ini sudah keputusan terakhirku. Sesekali jangan mau mengalah padaku bodoh! Kau pikir kau begitu aku senang?” ungkap oppa, ia mengacak rambutku pelan. Apa ini berarti ia sudah menyetujuiku dengan Minho?? Aahh.. aku baru sadar...

“jadi…. Yang oppa menyuruhku kemari agaarr…” aku menghentikan kalimatku,, Shiwon oppa mengangguk cepat dan mantap.

“nee.. aku yang mengatur semua ini. aku tak ingin melukai hatimu lebih dari ini.. Sena. Mianhe aku sudah menjadi orang tua yang gagal,,, dan kakak yang gagal.” Shiwon oppa menunduk,, aku mengerti perasaanya sekarang. Kenapa aku bodoh sekali? Kenapa aku egois sekali?? Selama ini dia selalu memikirkanku, dia selalu berusaha memberikanku yang terbaik, merawatku dan berusaha menjadi orang tuaku. Tapi aku malah terus protes padanya. Aku memang bodoh, seharusnya aku mengerti shiwon oppa kenapa melakukan ini.

Dengan cepat aku memeluk Shiwon oppa,, memeluknya hangat. Aku tahu selama ini ia bimbang, selalu menginginkan apapun yang terbaik untukku, namun ia bingung harus berbuat apa. “tidak oppa.. kau salah,, kau adalah oppa yang paling terbaik di dunia,, dan kau adalah orang tua yang benar2 berhasil. Aku sayang padamu!” hiburku,, aku mulai menangis lagi. Benar2 cengeng.

“nee… dongsaeng… aku sayang padamu juga!!” katanya.. sesaat ia membalas pelukanku lalu melepasnya. Ia memegang kepalaku sambil tersenyum, jail. “sudah2.. aku tak suka part ini!! benar2 menyedihkan melihat adikku menangis terus!” katanya, ia tersenyum… dan itu adalah hadiah yang terbaik untukku.

Aku mengangguk dan menghapus air mataku. Shiwon oppa mengelus kepalaku sepintas lalu berjalan menuju MinHo yang masih terpaku. “yaa’ jerapah… jaga adikku baik2.. arasso?? Kalau kau sampai membuat adikku sakit, sumpah demi Tuhan aku akan memanjangkan lehermu hingga bertambah sepuluh meter!” ancam Shiwon oppa,, aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku mereka.

“ne, hyung!” jawab MinHo dengan pokerfacenya.

Bletak… Shiwon oppa kembali menjitak kepala MinHo. “kau bilang apa??? Hyung? AKU TAK SUDI KAU PANGGIL BEGITU,,kita ini sebaya bodoh.”

“oohh?? Begitukah?? Hmm.. kupikir kau lebih tua,, habis..”

“habis apa hah?? Ayoo habis apa???” hampir saja Shiwon oppa kembali memukul MinHo,, namun keburu kulerai.

“stop.. sudah2.. kalian ini sebenarnya masih tk atau sudah sma sih??” sergahku. Mereka hanya tertawa dan saling merangkul.

“hahaha.. itulah persahabatan.” Jelas MinHo. Namun raut wajah Shiwon oppa berubah.

“mmwwoo?? Sahabat? Tak sudi aku punya sahabat sepertimu!” elak Shiwon oppa. “aahh ya sudahlah,, aku mulai mengantuk.. kalian baik2lah berdua oke??” tegas SHiwon oppa lalu menepuk pundak Minho keras. Belum ada satu meter ia berjalan, ia kembali berbalik menuju MinHo.

BRUK… ia menendang kaki MinHo hingga ia tgersungkur. “ itu imbalan karena kau sudah merampok adikku, hahaha!” Shiwon oppa tertawa puas dan berlari menjauh dari kami, ,, aku Cuma bisa memandang shiwon oppa sinis sembari membantu MinHo duduk.

“kau tak apa-apa?” tanyaku khawatir, sepertinya MinHo terlihat kesakitan.

“gwenchana,, itu sudah makanan sehari-hariku!” katanya,, dan akupun ikut menjitak kepalanya.

“yaa’ kau juga sih.. mau saja disiksa seperti itu dengan shiwon oppa!”

MinHo tertawa kecil melihatku kesal, namun ia akhirnya kembali serius. Ia menatapku dengan tatapan tajamnya,, aaahh… tatapan itu benar2 membuatku kembali merasakan degdegan.

“yang penting kan aku bisa memilikimu!” kata MinHo polos,, ia membelai wajahku pelan dan mendekatkan wajahnya padaku dan mencium keningku lembut,, mencium hidungku,, n akhirnya mencium bibirku. Aku membalasnya, ciuman hangat darinya yang tak pernah kurasakan.

“manis!!” seruku sesaat setelah aku melepas ciuman itu. MinHo hanya tertawa geli.

“jelas saja,, aku kan sedang memakan permen. Aku tak ingin tertidur lagi saat ingin menciummu!!” jelasnya. Hahah.. aku benar2 beruntung memilikimu,,, tak peduli sebodoh apapun,, senyentrik apapun, secuek apapun dirinya, aku tetap merasa beruntung memilikinya. Bagiku dia tetap pangeran tidurku.

Tak peduli kau bagaimana

Tak peduli kau siapa

Tak peduli kau apa

Yang jelas aku merasakannya

Walau sampai dunia mengatakan aku bodoh

Aku tetap merasakannya

Perasaan dimana aku tak bisa mengungkapkapkannya dengan logika

Dimana aku tak bisa menyangka ini cinta…..

THE END


Previous Post Next Post Back to Top