Senin, 07 Juni 2010

[onwriting] Angel Love Story,, part 4

Main Cast :

• Lee Taemin SHINee




















• Choi Minho SHINee














• Choi Hyo Ri (You)

Other Cast :

• Lee Jin Ki SHINee






















• Kim Ki Bum SHINee





















• Kim Jonghyun SHINee




















• Etc

Genre : Romance, Fantasy.

Author : Ratih Kumalasari :) (nama asli gw muncuuullll *keprok2*) *lmao

Rate : 15+ menurutku. Tapi..ah.. entahlah, sepertinya segitu.

Note : Jangan dibaca kalo ngga punya imajinasi tinggi atau ngga suka cerita macem gini. Ini murni khayalan saya. Yang mampir, baca atau cuma numpang liat doang *apaan sih* WAJIB komen!!! Kalo ngga.. liat aja nanti

= = = = =

**Hyo Ri POV**

Sumpah… aku menyesal sekali meninggalkan Taemin saat istirahat tadi. Dan kini aku harus menuntunnya untuk berjalan menuju tempat favoritnya yang lain. “oh Tuhan… kumohon maafkan aku Taemin!” ucapku segera setelah aku mendudukkannya di bangku taman yang terletak di bawah pohon taman belakang sekolah. Taemin tersenyum menatapku, meski aku tahu ia berkali-kali berusaha menahan sakitnya.

“sudahlah, jika kau tak datang, akupun akan mengalami hal lebih parah lagi dari ini!” ia menunduk dan tersenyum. Masih kulihat ia memegangi perutnya, mungkin masih terasa sakit akibat tendangan salah satu dari murid tadi. Aku berjongkok di depannya, meraih tangannya yang memar dan menyentuh lukanya.

“mungkin akan terasa sakit, tapi cobalah untuk tahan sedikit!” ujarku, aku menggenggam tangannya pelan, dan aku memulai kegiatanku dari beberapa luka kecilnya ditangan. Dan kemudian aku mengusapkan sedikit cahayaku keseluruh tubuhnya untuk menyembuhkannya. Yah.. memang agak terasa sakit dengan penyembuhan seketika ini, namun aku tak tega jika harus melihatnya terluka parah :’( *aku terharu hiks.. T.T*

“sshhh…” Taemin mendesah pelan, kurasa ia merasa kesakitan. Aku menengadah menatap wajahnya.

“sudah lebih baik?” tanyaku, dan kutemukan ia mengangguk pelan mengiyakan pertanyaanku.sedikit helaan nafas lalu aku beranjak dan duduk disampingnya. “kupikir aku memang tak cocok menjadi malaikat pelindungmu!” aku menunduk, menatap sepasang sepatu yang kukenakan, berayun seirama menyentuh rumput yang masih basah.

“well, kurasa sudah cukup kau merasa bersalah padaku. Kuharap kejadian seperti ini membuatku tak lagi dijadikan pelampiasan kemarahan mereka lagi!” aku mendengar suaranya tenang. Ia menatap lurus kedepan, yah.. kuharap juga begitu. Kembali aku menundukkan kepalaku, meremas kedua tanganku pelan. Bagaimanapun juga, aku juga bersalah atas keegoisanku meninggalkannya sendiri untuk menemui minho. Hyori… kau memang babo =,=. “kau tahu…?” Taemin memulai pembicaraannya lagi, setelah sekian menit kami saling berdiam diri. Aku menoleh dengan jelas, menatap kedua mata coklatnya. “terkadang aku merasa takut sendiri, terkadang aku merasa lelah jika menjalani kehidupan ini. Hanya karena aku lebih pintar, lalu mereka meras iri. Aku bahkan tak meminta kepintaran ini, jika pada akhirnya aku harus merasakan kesakitan setiap harinya” ia tersenyum lirih, kemudian menunduk… kurasa saat ini ia memikirkan bagaimana menderitanya merasakan menjadi dirinya. “terkadang terpikir olehku,,, bahwa aku ingin sekali merasakan keegoisan sesekali. Ingin sekali aku meluapkan emosiku, tapi hingga pada puncaknya… bahkan mengeluarkan beberapa katapun aku tak bisa.” Ia melanjutkannya menarik kedua kakinya ke atas bangku dan memeluk kedua lututnya, kurasa aku tak bisa mengambil suara untuk saat-saat seperti ini. “aku memang gagal… benarkan?” ia menatapku sekali lagi, membiarkanku melihat bendungan air di pelupuk matanya yang hendak mengalir.

Aku menggelengkan kepalaku, lalu mengelus kepalanya. “tidak ada manusia gagal, ini semua tergantung pada usaha manusia itu sendiri untuk merubah kehidupannya” aku tersenyum, meski sedikit memaksakan. Berusaha menghiburnya bukankah langkah yang bagus? Kuharap aku tak salah berbicara selanjutnya.

“benar… kurasa usahaku kurang. Aku terlalu sibuk untuk mencari keterpurukanku sendiri di kehidupan. Membuatku melupakan usaha bagaimana merubahnya. Mungkin selama ini aku hanya menatap pada sisi yang hitam, dan mengacuhkan sisi sebaliknya yang menungguku keluar dari keadaan ini” ia bergumam sendiri, menenggelamkan wajahnya pada kedua lututnya. Siapa yang sangka dibalik sifatnya yang dingin saat pertama kali aku bertemu dengannya, hatinya terluka. Yah.. keadaan ini terkadang membuat psikologi seseorang lemah.

“yah… belajarlah untuk berpikir lebih dewasa lagi” sekali lagi aku mengusap ubun-ubunnya dengan, lalu mendekat dan memeluknya. Taemin mengangguk dan membetulkan posisi duduknya untuk kemudian membalas pelukanku.

“kamsahamnida!” bisiknya, dan aku merasakan debaran jantungku terpacu cepat saat merasakan nafasnya dengan jelas menyapa tengkukku.

Tuhan… kuharap ini hanya rasa simpati, bukan rasa yang kukhawatirkan selama ini. :(

“BOO!!!” sebuah suara engagetkanku, dan mungkin Taemin juga kaget dibuatnya. Aku dengan segera melepaskan pelukanku dan mrncari asal suara yang datang dari belakangku. Membuatku terpaksa berbalik dan menemukan sosok itu. Oh tidak…. Haruskah aku bertemu dengan kahluk ini lagi? Aku merasa sesak lagi.

“waahh… aku mencari kalian kemana-mana, dan kupikir tidak terlalu sulit menemukan aura ‘putihmu’ itu!” ya… Jonghyun kembali kehadapanku =,=. Dengan santainya menyunggingkan senyumnya padaku dan menatapku jelas-jelas, memasukkan kedua tangannya pada saku celananya. Hei… kurasa ia engenakan seragam yang sama dengan Taemin.. erghhh..

“ahh… tuan iblis.” Taemin mengembangkan senyumnya, kurasa ia terlihat senang kali ini.. benar… ia senang jika temannya bertambah satu. Dan… haruskah iblis ini? Aku menatap iblis itu dengan tatapan sinis.

Melirik Jonghyun tersenyum membuatku sedikit merasa aura gelapnya hilang. “ah… ya, bocah kecil.” Balas Jonghyun, mengangkat tangannya sebentar sekedar menyapa. Kurasa ia terlihat antusias sekali dengan Taemin. Dan jonghyun bergiliran menatapku, kurasa ia merasakan hawa menusukku yang menyerangnya. “ahh.. ya.. nona malaikat.. kurasa tadi sekilas seseorang kemari. Dan pergi saat melihatmu memeluk bocah ini tadi. Kuharap itu bukan namjachingumu” ia tersenyum sinis padaku, ya.. hanya padaku ia tersenyum sinis. Tapi…. Siapa namja yang dikatakan jonghyun tadi?

= = = = = =

**Minho POV**

aku terpaku, ketika melihat 2 sosok itu. Kupikir aku harus meninggalkan manusiaku untuk sekejap menemui Hyori, aku mengkhawatirkannya. Perasaanku menjadi tak enak sejak tadi, dan kurasa feelingku tadi meleset. Yah.. bisa dilihat dari sini, bahwa pada akhirnya tak terjadi apapun padanya…sial… kurasa aku yang terlalu mengkhawatirkannya. =,=

“setidaknya kau baik” aku bergumam, kemudian membalikkan badanku, memasukkan kedua tanganku pada saku celana dan berjalan meninggalkan taman belakang. Entah kenapa, melihat Hyori dan Taemin berpelukan, terasa menyesakkan. Kuharap perasaan sesak ini bukan sesuatu yang merepotkan untuk kedepannya (_”)9

= = = = = =

**Taemin POV**

“Taemin-ah, hari ini kita langsung pulang saja yah” celetuk Hyori, aku mneoleh singkat padanya, ia sibuk memasukkan buku-bukunya dan buku-bukuku juga. Sedangkan aku mendapatkan tugas piket menghapus papan disaat murid yang lainnya telah pulang.

Aku tersenyum, “ne…” jawabku seadanya, entah mengapa akhir-akhir ini saat melihat Hyori aku selalu ingin tersenyum, lain halnya jika aku menatap sosok yang kini sedang berdiri di belakang Hyori. Ya, si iblis Jonghyun itu selalu membuatku merasa sesak, tapi.. sedikit nyaman, karena saat aku merasa kesal dan marah dialah yang memakan energi negatifku itu untuk kepentingan dirinya sendiri, membuatku sedikit dapat meredam emosi. Sudah seminggu kami selalu bersama bertiga. Setiap malam bahkan aku tak dapat tidur, hanya untuk dapat berbicara lebih banyak lagi dengan Hyori tentang dunia atas tempatnya dibesarkan. Sedangkan dengan Jonghyun, yah.. jangan ditanya, aku sama sekali tak berminat mendengarkan ceritanya tentang kebanggaan dunia bawah yang dipenuhi api `=,=.

“ah ya…. Ketika sampai di mansion nanti. Kuharap kau tidak kemana-mana!” Hyori melanjutkan, ia duduk di bangku depan dengan membawa dua tas. Aku kembali berbalik dengan tatapan heran.

“eh?? Memangnya ada apa?” merasa penasaran, aku meletakkan kedua penghapus papan yang kugenggam. Dan Hyori menghela nafas, bergantian ia menatap jonghyun.

“aku.. dan jonghyun akan mendapatkan beberapa kesibukkan seharian ini. Mungkin tidak akan lama, hanya sebentar.” Jelas Hyori, menghela nafasnya panjang. Aku sedikit shock, hei… apa yang bisa kulakukan tanpa kalian? Aku akan hancur T^T. Hyori melangkah mendekat padaku, ia mengelus kepalaku, seperti kebiasaannya. “maaf Taemin, sungguh aku tak ingin meninggalkanmu. Tapi.. kuharap kau mengerti, beberapa dari kami harus menyelesaikan sedikit masalah yang kami buat.” Ia menjelaskan padaku, dan tetap saja aku merasa tak rela.

“hei.. kau laki-laki huh? Kurasa tak apa-apa jika tinggal beberapa jam di dalam apartement kan?” Jonghyun tiba-tiba muncul dibelakangku, menepuk bahuku pelan. Dan membuatku tersenyum. Yah… mungkin tidak akan terjadi apa-apa.

“bagus” Hyori tersenyum kecil. Lalu kembali mengusap kepalaku. “aku mungkin akan meminta salah satu temanku untuk menemanimu nanti. Kuharap ia tidak keberatan”

= = = = = = =

TBC


miaaann.. ceritanya cuma segini.. namanya juga onwriting dan gw merasa males buat ngetik meski ide udah adad di otak..
efek liburaannn.. semuanya jadi malasss.. *liburan??* XXDD
see u next part :)

2 komentar:

  1. HUAHH!!!!!
    liburan toh?? pntes, jdnya setengah2,, tpi ku tunggu selanjutnya..

    kpn onyong gw keluar??
    kangennn =,=

    BalasHapus
  2. Minho suka sama Hyori yah????(sotoy mode on hehehehehe)

    ditunggu kelanjutannya deh....

    BalasHapus

Previous Post Next Post Back to Top